Topik Nusantara

Fenomena Baru, Teror di Indonesia Gunakan Wanita Sebagi Pengantin Bom

Tertangkapnya tiga terduga teroris di Bekasi memunculkan satu fenomena baru. Dari keseluruhan pelaku, salah seorang diketahui merupakan perempuan. Bahkan dia disebut-sebut telah disiapkan menjadi ‘pengantin’ bom berbentuk rice cooker itu.

Para terduga teroris itu ditangkap dalam kondisi hidup di sebuah rumah kos Jalan Bintara Jaya VIII, Kelurahan Bintara Jaya, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Sabtu (10/12) kemarin. Adapun dua pelaku pria diketahui bernama Nur Solihin dan Agus Supriyandi. Sementara seorang perempuan sekaligus ‘pengantin’ bom, bernama Dian Yulia Novi. Bom itu rencananya bakal diledakkan saat pagi ketika berlangsung pergantian Paspampres di Istana Negara hari ini.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib menyebut, fenomena perempuan menjadi eksekutor merupakan hal baru dari sederet rangkaian peristiwa teror di Tanah Air. Untuk itu, dia meminta polisi untuk memberi perhatian khusus terhadap hal ini.

“Ini modus baru yang harus dicermati kepolisian. Dan itu harus dijawab kepolisan, kenapa perempuan bisa menjadi eksekutor dalam aksi teror. Ini yang perlu dicermati,” kata Ridwan kepada merdeka.com, Minggu (11/12).

Dia menduga bahwa dilibatkannya perempuan untuk aksi teror sebagai strategi baru para teroris. Apalagi sosok perempuan selama ini dianggap tidak mencurigakan sehingga tidak menutup kemungkinan membuat para polisi lengah.

Keterlibatan perempuan, lanjut dia, juga ada indikasi bahwa ada semangat dari mereka untuk terlibat sejumlah aksi teror. Sehingga ini perlu ditelusuri kepolisan. Dengan penangkapan dalam kondisi hidup para teroris di Bekasi, Ridwan merasa bakal mempermudah kepolisian mengungkap fenomena baru ini.

“Ini perubahan strategi, ini ada semangat dari kaum perempuan untuk melakukan aksi teror. Apalagi jumlah mereka banyak dan deteksi susah. Ini harus diurai kepolisian,” ujarnya.

Sementara terkait bom ‘rice cooker’ seberat 3 kilogram dan memiliki daya ledak hingga 300 meter persegi, Ridwan menyebut itu sudah sering dipakai para teroris. Dalam catatannya, ada tiga aksi teror di Indonesia menggunakan alat itu, di antaranya bom Poso, Solo dan di Depok.

Adapun alasan memilih rice cooker, kata dia, lantaran mudah didapat dan tidak mencurigakan. “Rice cooker kan casing atau wadah bahan peledak. Yang penting bahannya solid tak bisa dimasukan oksigen, atau zat lain,” ungkapnya.

Menurut Ridwan, hal perlu diwaspadai sebenarnya adalah bahan dipakai untuk membuat peledak. Saat ini peledak memakai bahan triacetone triperoxide peroxyacetone (TATP). Melalui ini, peledak tidak lagi bercampur nitrogen dan mudah lolos dari pemeriksaan pengamanan.

“Karena tidak pakai nitrogen, bom detektor milik petugas sekuriti tidak berbunyi. Dengan bahan ini gampang lolos. TATP juga dipakai saat bom London tahun 2005 lalu. Dan itu menewaskan banyak orang,” terangnya.

Fenomena Baru, Teror di Indonesia Gunakan Wanita Sebagi Pengantin Bom
To Top