94 Persen Orang Indonesia Bohong Saat Ditanya Nomor Telepon
topikindo.com – Seiring dengan semakin populernya perangkat cerdas, perilaku konsumen juga berubah. Dan perubahan ini sangat terlihat di Asia. Hal inilah yang mendorong Experian untuk membuat laporan tentang perilaku konsumen digital di negara-negara Asia, salah satunya Indonesia.
“Asia merupakan salah satu kawasan yang paling menarik untuk perusahaan, tapi masih banyak perusahaan di Asia yang kesulitan untuk menggunakan pendekatan cross-channel,” kata Managing Director, Experian Asia Tenggara, Jeff Price, “Jika perusahaan ingin dapat bertahan, mereka harus dapat menyesuaikan diri dan memanfaatkan satu hal yang konsumen sediakan: data.”
Experian menemukan, sebanyak 95,2 persen responden Indonesia memiliki ponsel cerdas. Meski demikian, umlah pengguna feature phone di Indonesia juga terbilang tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.
Di Indonesia, angka pengguna feature phone mencapai 35 persen, sementara rata-rata di Asia adalah 20 persen. Hal ini berarti, feature phone masih digunakan untuk fungsi komunikasi dasar seperti telepon dan SMS. Tingginya angka pengguna feature phone juga diduga karena banyaknya orang yang menggunakan lebih dari satu ponsel.
Indonesia juga merupakan negara pengguna tablet tertinggi. Sebanyak 60,6 persen responden mengakui memiliki perangkat ini. Sementara di bidang wearable, Indonesia merupakan negara dengan pengguna terbanyak ke-2 setelah Tiongkok. Sebanyak 22,1 persen responden Indonesia memilikiwearable. Sementara di Tiongkok, sebanyak 30,1 persen responden memiliki wearable.
Satu hal unik yang hanya ditemukan di Indonesia adalah masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan untuk memberikan informasi yang salah secara sengaja, baik berupa nama, alamat, nomor telepon hingga alamat email. Lebih dari 80 persen responden Indonesia mengaku bahwa mereka sengaja memberi informasi yang salah terkait informasi pribadi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak ingin diidentifikasi oleh pengiklan.
Sebanyak 93 persen responden mengaku sengaja memberi nama yang salah, 94 persen memberi nomor telepon yang salah dan 95 persen responden memberi email yang salah. Banyaknya orang yang menunjukkan informasi yang salah menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak suka dihubungi secara langsung oleh para pengiklan.
Tidak hanya itu, konsumen Indonesia juga cenderung memiliki 3 sampai 5 akun email. Menurut Experian, setidaknya 50 persen responden Indonesia memiliki 3 akun email. Akun-akun itu digunakan untuk keperluan yang berbeda-beda. Biasanya, akun yang digunakan untuk melakukan transaksi keuangan adalah akun utama.
Di Indonesia, tiga tipe iklan yang memberikan pengaruh terbesar pada kebiasaan membeli adalah iklan pada pencarian, iklan pada email dan iklan di aplikasi mobile. Sementara untuk membuat konsumen tertarik dengan suatu barang, metode yang paling efektif adalah melalui SMS dan iklan video. SMS juga berperan penting untuk mendorong ketertarikan untuk membeli. Selain SMS, notifikasi aplikasi juga terbukti efektif.
Untuk mencari diskon atau harga terbaik, orang Indonesia suka mencari informasi via media sosial, notifikasi aplikasi dan email. Sementara untuk meningkatkan keaktifan pengguna dengan merek, media sosial merupakan media yang paling efektif setelah iklan banner.
Mengirimkan banyak email kepada konsumen justru memiliki dampak buruk karena 75 persen responden Indonesia akan berhenti berlangganan jika menerima email iklan terlalu banyak. Sebanyak 50 persen orang akan menghapus email yang tidak mereka inginkan sementara 21 persen responden akan menandai email itu sebagai spam.
Experian juga menemukan, iklan digital mendorong seseorang melakukan pembelian offline. Media sosial merupakan pendorong nomor satu diikuti oleh email dan aplikasi chatting.