Jumat (14/10/2016) lalu, massa dari ormas keagamaan berunjuk rasa di depan Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Mereka awalnya berkumpul di Masjid Istiqlal sebelum memulai aksi demo. Dari sana, mereka bergerak menuju kantor sementara BareskrimPolri di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Setelah itu, mereka bergerak ke Balai Kota DKI.
Mereka memprotes Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang beberapa waktu lalu menyebut Surat Al Maidah ayat 51dalam sambutannya di depan warga di Kepulauan Seribu.
Tuntutan mereka satu, yaitu agar Bareskrim mengusut Ahok terkait tuduhan penistaan agama.
Siang itu, bukan hanya anggota ormas yang berdemo. Setidaknya ada dua politisi dari partai politik yang tampak ambil bagian dalam aksi tersebut.
Habiburokhman, politisi Partai Gerindra, sempat berdiri di atas mobil komando. Berkemeja putih lengan pendek, dia membawa bendera Merah Putih.
Ketika ditanya, Habiburokhman mengaku sudah ikut aksi itu sejak di titik kumpul pertama. Dia terlibat karena ingin polisi mengusut tuduhan terhadap Ahok secara hukum agar tidak lagi ada protes dari banyak kalangan, terutama dari pihak yang sebelumnya melaporkan masalah itu.
“Menurut kami, itu bertentangan dengan soal persamaan di muka hukum. Lalu, pernyataan tersebut, kalau dilakukan, justru bisa menambah kekisruhan ini. Kenapa susah payah menyuruh orang menempuh jalur hukum, justru secara hukum akan dihentikan atau ditunda,” kata Habiburokhman.
Habiburokhman selama ini dikenal vokal melawan Ahok. Saat Ahok berniat maju lewat jalur independen, dia pernah berjanji untuk terjun dari Monas jika Teman Ahok mampu mengumpulkan satu juta data KTP.
Saat Ahok mengajukan uji materi UU Pilkada, dia juga ambil bagian dengan mengajukan diri sebagai pihak terkait.
Partai Gerindra sendiri kerap berselisih pendapat dengan Ahok. Ahok dulu adalah kader Partai Gerindra. Namun, ia memilih keluar karena berbeda prinsip.
Pada Pilkada DKI 2017, Partai Gerindra mengusung Anies Baswedandan Sandiaga Uno.
Politisi lain yang juga tampak pada aksi unjuk rasa Jumat lalu itu adalahAmien Rais. Politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN) itu memang memiliki hubungan yang kurang baik dengan Ahok.
Saat Amien menjadi khatib shalat Idul Adha di Masjid Rumah Sakit Islam Sukapura, Jakarta Utara, pada 12 September 2016, misalnya, ia menyampaikan kritik terhadap Ahok. Ia mengingatkan jemaah yang hadir agar tidak salah dalam memilih calon gubernur-wakil gubernur.
“Pilih yang jujur, yang cinta rakyat kecil, yang bukan tukang gusur, bukan yang meladeni kepentingan pemodal,” kata Amien.
PAN bukan partai pendukung Ahok. PAN berkoalisi dengan tiga partai lain untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.
Bermuatan politis?
Sejatinya, tema demonstrasi itu tidak berkaitan dengan Pilkada DKI 2017. Namun, menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, kehadiran para politisi membuat aksi tersebut dinilai bermuatan politis.
“Jangan lupa, Amien Rais kan politisi juga. Kita tahu dia juga pasti punya kepentingan,” kata Pangi.
Partai tempat Amien Rais dan Habiburokhman sama-sama berlawanan dengan Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat padaPilkada DKI Jakarta 2017.
Sebenarnya, tidak masalah jika Amien dan Habiburokhman hadir dalam kapasitas sebagai tokoh Muslim atau warga. Warga negara berhak untuk menyampaikan pendapat dan hal itu diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Namun, Pangi mengatakan, hal yang harus dijaga adalah nilai-nilai demokrasi dalam setiap aksi. Ia mengatakan, sebaiknya hindari isu SARA dalam aksi demonstrasi semacam itu.