Ketua DPP Hanura Miryam S Haryani mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak asal menggusur atau menertibkan lahan di Jakarta. Warga yang terkena penertiban diberikan rumah susun.
Hal itu terkait dengan calon petahana gubernur di Pilkada DKI Jakarta 2017 yang disebut sebagai gubernur yang suka menggusur.
“Saya kira kita harus melihat data dan faktanya terlebih dahulu, penggusuran yang dilakukan Ahok itu dalam rangka memberikan keamanan dan kenyamanan bagi warganya. Kita semua teriak ingin Jakarta bebas banjir namun ketika dilakukan relokasi malah tidak mau kan tidak logis yang begini,” kata Miryam di Jakarta.
Ia menyebut, Ahok menertibkan suatu lokasi setelah ada kepastian bahwa warga akan mendapatkan rusun sebagai pengganti. Namun, yang menjadi persoalan adalah, jarang disampaikan penggantinya ini sehingga seolah-olah hanya suka menggusur.
Tak hanya soal penggusuran saja, Miryam yang juga Juru Bicara Tim Pemenangan Ahok ini menegaskan, Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) milik calon petahana di Pilkada DKI Jakarta 2017 itu mudah ditelusuri. Sebab, Aho sudah beberapa kali menjadi kandidat di Pilkada dan Pileg.
“Kalau ada yang merasa tidak percaya dengan hal itu tinggal cek saja di KPK, sederhana aja masalahnya tapi karena momen politik semua jadi dibikin heboh dan bombastis,” jelas Miryam.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Ahok tak peduli jika dianggap sebagai gubernur tukang gusur. Ahok hanya ingin fokus agar Jakarta tak banjir lagi.
“Saya bisa membuat titik banjir di Jakarta berkurang banyak. Itu lebih penting bagi saya daripada menjabat lima tahun lagi. Buat apa (menjabat) lima tahun lagi, tapi orang kenang ini Gubernur Ahok enggak bisa kerja. Ini Kampung Pulo ditinggalin, Bukit Duri ditinggalin,” kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Rabu 28 September 2016.
Ahok beranggapan lebih baik memiliki nama baik saat dikenang warga Jakarta ketimbang mendapat jabatan lagi lima tahun mendatang. Dia juga tak khawatir kehilangan popularitas jika dia terus melakukan penggusuran.