China Dituduh Langgar Hak Asasi Manusia Minoritas Muslim di China
Topikindo.com– Kelompok pengamat Hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch (HRW) menganggap pemerintah China melakukan pelanggaran HAM secara massal dan sistematis terhadap kaum minoritas Muslim di Xinjiang.
Dalam laporan terbarunya, Direktur HRW China Sophie Richardson mengatakan pemerintahan di bawah komando Presiden Xi Jinping mengeluarkan serangkaian kebijakan yang melanggar hak dasar warga Muslim di Xinjiang selama puluhan tahun dalam skala hampir tidak pernah terungkap.
Upaya-upaya ini meningkat secara dramatis sejak akhir 2016, ketika Sekretaris Partai Komunis Chen Quanguo pindah dari daerah otonomi Tibet untuk mengambil alih kepemimpinan China.
Salah satu pelanggaran HAM paling dikhawatirkan adalah mengenai penangkapan etnis Uighur dan minoritas Muslim di China yang marak dilakukan otoritas China.
Menurut laporannya, peneliti HRW telah mewawancarai 58 mantan penduduk Xinjiang, termasuk lima orang yang mengaku pernah ditahan di kamp-kamp penangkapan bersama 38 orang lainnya.
Berdasarkan kesaksian mereka, otoritas China terus melakukan penahanan massal sewenang-wenang terhadap Uighur dan minoritas Muslim lain di Xinjiang sejak 2014 lalu.
Informasi itu diperkuat dengan laporan independen yang didapat komite HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dokumen PBB yang dirilis Agustus lalu menyebut China menahan hampir 1 juta anggota etnis Uighur di “kamp-kamp pengasingan,” di mana mereka didoktrin “pendidikan politik” oleh pemerintah.
“Para tahanan dalam kamp-kamp ‘pendidikan politik’ itu ditangkap tanpa proses hukum yang jelas-baik tuntutan maupun pengadilan. Mereka juga tidak diberikan akses untuk mendapat pengacara dan ditemui keluarga,” kata HRW.
“Mereka ditahan karena memiliki hubungan dengan negara-negara asing, terutama yang masuk dalam daftar resmi ’26 negara sensitif.’ Mereka juga ditangkap karena menggunakan alat komunikasi asing seperti Whatsapp, serta karena mengekspresikan identitas serta agama mereka secara damai, tidak ada di antara aktivitas-aktivitas mereka berbau kejahatan.”
Mantan tahanan mengklaim mereka kerap dipukuli, disiksa, dan dipaksa menghapal lagu-lagu patriotik seperti, “Sosialisme Itu Baik.”