Topik Dunia
Fenomena Empat Matahari di Kepulauan Riau
Notice: Undefined variable: post in /home/berita7up/topikindo.com/wp-content/themes/topikindo/amp-single.php on line 114
Notice: Trying to get property 'ID' of non-object in /home/berita7up/topikindo.com/wp-content/themes/topikindo/amp-single.php on line 114
Notice: Undefined variable: post in /home/berita7up/topikindo.com/wp-content/themes/topikindo/amp-single.php on line 115
Notice: Trying to get property 'ID' of non-object in /home/berita7up/topikindo.com/wp-content/themes/topikindo/amp-single.php on line 115
Fenomena Empat Matahari di Kepulauan Riau
Topikindo.com– Kurang dari sepekan terakhir para netizen sempat dihebohkan fenomena empat matahari yang terlihat di wilayah Kepulauan Riau Atau Kepri. Itu adalah fenomena alam di mana matahari yang merupakan pusat tata surya hanya satu itu terlihat seolah ada empat.
Mengutip akun media sosial Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Sundog atau Mock Sun atau Phantom Sun adalah fenomena alamiah yang biasa terjadi. Namun, itu diakui memang jarang terjadi di Indonesia.
Sundog adalah fenomena optis yang menampakkan titik-titik terang di langit, dan seringnya pada cincin halo di sekeliling matahari.
Sundog tampak sebagai pancaran cahaya berwarna di kiri-kanan Matahari, berjarak 22° dan pada jarak yang sama di atas cakrawala, dan pada halo es. Sundog dapat dilihat di mana pun dan saat musim apapun, namun tidak selamanya tampak bercahaya dan cemerlang serta akan tampak jelas dan cerah saat Matahari tampak rendah
Kristal-kristal tersebut berfungsi sebagai prisma, membelokkan cahaya yang melewatinya dengan defleksi minimum 22°. Jika kristal-kristal tersebut terorientasi secara acak, maka lingkaran di sekeliling Matahari akan terlihat, yakni halo. Apabila kristal-kristal terbenam di udara dan tertata secara vertikal, maka cahaya Matahari terbiaskan secara mendatar. Dalam kasus ini, sundog dapat terlihat,” demikian lanjutan informasi pada akun BMKG tersebut
Seiring Matahari yang semakin meninggi, cahaya yang melewati kristal-kristal tersebut semakin dicondongkan dari bidang datar. Sudut deviasi mereka bertambah dan sundogsemakin menjauhi Matahari.
Sehingga selalu tampak di ketinggian yang sama dengan Matahari,” pungkas informasi dari akun BMKG tersebut.
Sementara itu, mengutip dari situs Sky and Telescope, Rick Fienberg yang merupakan bagian dari Masyarakat Astronomi Amerika mengatakan penamaan sundog pada fenomena itu sudah terjadi sejak awal 1600 silam. Sehingga, sambungnya, tak diketahui pasti mengapa fenomena itu dinamai sundog.