Ghosting adalah istilah baru yang saat ini banyak dicari di mesin pencarian Indonesia. Jangan asal menggunakan dan melabelkan pada seseorang sebelum paham. Istilah ghosting dekat dengan anak muda, dunia maya, hubungan asmara, dan pertemanan.
Hal ini berarti banyak orang yang penasaran dengan arti kata ‘ghosting’. Sebenarnya, apa itu ghosting?
Ghosting merupakan istilah yang populer dalam dunia percintaan. ‘Pernah nggak kamu di-ghosting?’ atau ‘Pernah jadi korban ghosting?’ biasanya jadi pertanyaan yang banyak muncul terkait ghosting.
Arti ghosting adalah menghilang tiba-tiba tanpa kontak. Entah itu kontak melalui telepon, email, media sosial, dan secara langsung. Meski bisa terjadi dalam hubungan asmara dan pertemanan, tetapi jenis pertemanannya adalah platonic.
Mengenal Arti Istilah Ghosting
Istilah ghosting memang sedang menjadi buah bibir di dunia maya dan nyata. Kerap dikaitkan dengan hubungan asmara dan pertemanan. Dalam hubungan asmara dekat dengan harapan palsu, sementara untuk pertemanan dekat dengan hubungan platonic.
Jika diartikan dari asal bahasanya, ghosting dari bahasa Inggris adalah bayangan. Ghosting bisa berarti hantu yang dapat menghilang secara tiba-tiba. Arti ghosting dari bahasa tidak ada yang salah, hanya kurang tepat.
Ghosting adalah menghilang tiba-tiba tanpa kontak sama sekali. Istilah ghosting merujuk pada sebuah perilaku dengan alasan tertentu. Alasan seseorang melakukan ghosting biasanya hanya diketahui pelaku dan tidak diketahui yang di-ghosting.
Ghosting dalam Hubungan Asmara
ghosting biasanya terjadi saat pria dan wanita masih dalam tahap PDKT atau kencan. Ghosting biasanya dilakukan saat seseorang tidak ingin lagi berkencan tapi tak kuasa mengakhiri hubungan. Entah karena takut atau tidak tega.
Maka dengan sengaja dia menghilang tanpa kejelasan. Harapannya teman kencannya tersebut sadar sendiri kalau dirinya sudah tidak tertarik dan hubungan tak mungkin diteruskan.
Pelaku ghosting biasanya akan menghilang setelah komunikasi intens atau beberapa kali pergi kencan. Bahkan bisa terjadi ketika kamu sudah dalam komitmen hubungan. Perilaku ini tentu lebih menyakitkan daripada cinta ditolak atau putus karena ‘si korban ghosting’ tidak mendapat kejelasan.
Sebuah studi ilmiah menunjukkan bahwa ghosting adalah cara terburuk untuk mengakhiri hubungan. Sebab dikhawatirkan dapat mengakibatkan konflik yang lebih rumit di kemudian hari dan memicu lebih banyak kemarahan serta rasa sakit.
Perilaku menghilang tanpa kabar ini sebenarnya tidak terlalu baru dalam dunia percintaan. Bahkan sudah ada studi tentang strategi mengakhiri hubungan pada 1970-an, salah satunya dengan menghindar. Namun di era aplikasi kencan online seperti Tinder, Bumble atau OK Cupid, fenomena ghosting makin marak dalam sepuluh tahun terakhir.
Ghosting dalam Hubungan Pertemanan
Hubungan pertemanan yang berpotensi menerima ghosting adalah hubungan platonic. Hubungan platonic merupakan pertemanan yang dilakukan oleh pria dan wanita dengan ketertarikan asmara.
Ketika sedang menjalani hubungan platonic, menjaga perasaan adalah kunci utamanya. Hubungan seperti ini biasanya disamarkan dengan persahabatan, untuk saling mengasihi tanpa bermain hati.
Hubungan pertemanan yang platonic memang bisa bertahan lama daripada pacaran dengan cinta monyet. Sayangnya hubungan platonic yang salah satu pelakunya tidak tahan dengan perasaan cintanya, berpotensi melakukan dan menerima ghosting.
Bukan karena tidak menyukai, perlakukan ghosting bisa dilakukan oleh pihak yang tidak tahan dengan perasaannya. Takut merusak hubungan pertemanan dan memilih hilang tanpa alasan, karena ketika berdekatan jantung berdegup kencang.
Lalu bisa dilakukan oleh pihak yang konon tidak memiliki perasaan dalam hubungan platonic ini. Lagi-lagi bukan karena tidak menyukai, tetapi ingin menjaga. Menghilang tanpa alasan adalah cara yang tepat untuk tidak memicu konflik dalam pertemanan.