Mantan pemain Tottenham Hotspur, Jamie O’Hara, nampaknya sudah muak dengan kehadiran sosok Jose Mourinho di bangku kepelatihan Spurs. Ia pun rela jika sosok asal Portugal tersebut digantikan oleh pelatih sebelumnya, Mauricio Pochettino.
Seperti yang diketahui, Mourinho ditunjuk sebagai pelatih Tottenham jelang akhir tahun 2019 lalu. Tepat beberapa jam setelah memecat Mauricio Pochettino yang telah melayani klub berjuluk the Lilywhites tersebut selama lima musim.
Awal kedatangannya memberikan dampak positif kepada the Lilywhites. Rentetan kemenangan yang jarang menghampiri mereka semasa diasuh Mauricio Pochettino di musim 2019/20 mulai berdatangan.
Sayang, performa Tottenham kembali jeblok belakangan ini. Mereka sudah mendapatkan banyak hasil buruk dalam empat pertandingan terakhir. Termasuk kekalahan atas Norwich City melalui drama adu penalti di babak ke-5 FA Cup.
Hasil buruk yang diterima Spurs bisa dibilang wajar. Pasalnya, mereka kehilangan sosok pencetak gol dalam diri Harry Kane serta Son Heung-Min yang sedang mengalami cedera panjang.
Mourinho menjadikan minimnya opsi di lini depan sebagai alasan mengapa Tottenham tumbang saat bertemu Norwich. Namun kesabaran O’Hara nampaknya sudah habis, dan menganggap kalau Mourinho terlalu banyak beralasan.
“Saya mulai merasa sedikit kesal dan lelah dengan alasan. Saya membela dia soal fakta bahwa dirinya kehilangan Harry Kane dan Son Heung-Min dan dia mencoba mencari cara untuk menang, dan itu belum terjadi,” ujarnya kepada talkSPORT.
“Namun sisi negatif dan mentalitas dari, ‘marilah semuanya mengasihani kami dan kami punya masalah cedera, Moura ingin keluar dan Bergwijn ingin keluar, mari semua mengasihani Tottenham’ – TIDAK!” lanjutnya.
“Ayolah! Anda harus mendapatkan hasil, anda masih punya skuat yang bagus di sana untuk mengalahkan Norwich dan membawa pulang hasil. Sekarang tidak ada lagi alasan bagi Mourinho,” tambahnya.
O’Hara juga nampaknya tidak peduli soal penggantinya. Bahkan Pochettino sekalipun, yang sudah dicap gagal lantaran sudah memberikan banyak hasil negatif kepada Tottenham sebelum ‘dirumahkan’.
“Ya, kenapa tidak? Pochettino mungkin saja kembali. Hal itu sudah pernah terjadi sebelumnya. Dia belum punya pekerjaan serta masih dicintai oleh fans Spurs, jadi ada potensi kalau itu terjadi,” pungkasnya.
Pochettino sendiri belum pernah mempersembahkan trofi bagi Tottenham dalam kurun waktu lima tahun kepelatihannya. Tapi, ia berhasil mengubah Spurs menjadi salah satu kekuatan yang patut diperhitungkan di kancah Eropa.
Kejutan yang paling besar terlihat pada musim kemarin. Spurs, yang dianggap sebagai tim kuda hitam, berhasil menyingkirkan sejumlah klub besar dan berakhir sebagai runner-up di kompetisi tertinggi Eropa, Liga Champions.