Berbagai negara tengah berupaya Pendidikan Seks
Topikindo.com – Kesadaran akan kesehatan seksual masih terbilang rendah. Jika tak diatasi, minimnya kesadaran kesehatan seksual itu bisa berujung bencana.
Dengan kondisi sedemikian rupa, rasanya tak berlebihan jika pendidikan seksual mesti diberikan sejak usia dini. Memberi pendidikan seks sejak dini bisa melindungi anak dari berbagai gangguan seksual.
“Anak harus mengenal diri mereka sendiri. Mengetahui area mana yang boleh disentuh dan mana yang tidak,” ujar tim medis Klinik Angsa Merah,kepada Topikindo.com.
Kini, berbagai negara tengah berupaya menyikapi soal pentingnya pendidikan seksual sejak dini. Ada beberapa yang berhasil, tapi beberapa di antaranya masih jalan di tempat.
Berikut melansir Study International, gambaran beberapa negara merespons pentingnya pendidikan seks sejak dini.
1. India
India merupakan negara dengan pertumbuhan penduduk tercepat di dunia. Di negara ini pula kasus infeksi HIV banyak terjadi. Meski kenyataannya pahit, tetapi pendidikan seks tidak masuk dalam kurikulum sekolah atau tidak diwajibkan.
Padahal, sebanyak 53 persen anak usia antara 5-12 tahun menjadi korban kekerasan seksual. Times of India melaporkan lebih dari 50 persen anak perempuan di daerah pedesaan tak mengerti soal menstruasi.
Kultur budaya di India membuat seks jadi hal yang memalukan dan tabu sehingga orang dewasa memilih diam. Akibatnya, generasi muda mereka bingung dan bahkan tak mengerti bahwa mereka mengalami kekerasan.
Sebuah yayasan bernama YP Foundation mendesain dan mengimplementasikan sebuah kurikulum pendidikan seks. Program tersebut mengajarkan kesetaraan gender, keragaman seksual, dan disepakati oleh murid-murid. Peserta dilibatkan dengan kegiatan seperti bermain peran, seni, dan permainan yang merangkul remaja usia 12-20 tahun.
2. Malaysia
Di Malaysia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Komunitas dan Keluarga telah mengusahakan pendidikan seks yang lebih baik. Kini, pendidikan seks telah terintegrasi dengan mata pelajaran seperti moral dan studi Islam, ilmu pengetahuan alam, dan biologi.
Akan tetapi, pendidikan seks hanya fokus pada aspek biologis dan mengesampingkan aneka detail krusial seperti kesejahteraan secara emosional dan pentingnya penggunaan kontrasepsi. Anak-anak, khususnya yang bersekolah di sekolah swasta berbasis agama dianggap tidak siap menghadapi dunia luar.
Dewan Malaysia untuk Kesejateraan Anak memutuskan untuk melakukan sesuatu. Mereka merancang pendidikan seks yang lebih baik dengan detail kesehatan reproduksi untuk anak dan remaja.
3. Indonesia
Kondisi jauh berbeda dialami Indonesia. Pendidikan seks tidak dimasukkan ke dalam materi wajib, tetapi di luar kurikulum atau ekstrakurikuler.
Yang mengkhawatirkan, masih banyak orangtua yang tak memiliki pengetahuan komprehensif mengenai topik seksualitas. Kebanyakan orangtua hanya mengingatkan soal bahaya berhubungan seksual tanpa memberikan alasan-alasan yang lebih komprehensif.
Seharusnya pendidikan seks menjadi kebutuhan krusial, mengingat banyak remaja dipaksa menikah karena mengalami kehamilan yang tidak direncanakan.
4. Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) memiliki program pendidikan seks yang lebih bervariasi di berbagai sekolah dan wilayah. Menurut Guttmacher Institute, hanya setengah negara bagian yang memasukkan pendidikan mengenai HIV dalam program mereka.
Secara keseluruhan, Planned Parenthood melaporkan pada rentang waktu 2011-2013, sebanyak 43 persen perempuan dewasa dan 57 persen pria dewasa tidak menerima informasi tentang kontrol kelahiran sebelum mereka melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya.