Belakangan ini nama Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo disebut tepat untuk disandingkan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk maju dalam Pilpres 2019 mendatang. Keduanya dinilai mampu menandingi Joko Widodo (Jokowi) jika kembali mencalonkan diri. Banyak pihak berharap agar Prabowo – Gatot benar-benar maju untuk merubah Indonesia menjadi semakin baik.
“Jika pertimbangannya memperkuat kembali pemerintah yang efektif, stabil dan nasionalisme ekonomi dan politik, maka Prabowo dan Gatot Nurmantyo adalah pilihan terbaik saat ini,” kata peneliti Institute For Strategic and Development Studies (ISDS), M. Aminudin.
Menurutnya, antara Prabowo dan Gatot memiliki prestasi terbaik di Indonesia. Tidak heran keduanya lolos dari seleksi kepempimpinan TNI yang merupakan organisasi paling solid, modern, dan paling nasionaslis di Indonesia.
Selain itu, lanjutnya, Prabowo juga memiliki karakter yang heroik meledak-ledak seperti Soekarno. Sementara Gatot adalah sosok yang cenderung tenang dan ilmiah seperti Mohamat Hatta, yang juga proklamator. “Keduanya bisa saling melengkapi atas kekurangan yang dimiliki masing-masing,” jelasnya.
Terkait Prabowo dan Gatot dari Jawa sehingga dipastikan bakal mendapatkan penolakan, Aminudin menegaskan, semua harusnya faham untuk tidak menolak orang alasan primordial. Apalagi Indonesia merupakan negara yang berdiri dengan landasan kebangsaan atau nation state. Sehingga ukuran orang untuk diterima atau tidak adalah prestasi.
“Tapi saya yakin Jenderal Gatot adalah seorang Jenderal yang taat azas yang loyal pada pemerintah yang sah sehingga dia saat ini akan fokus selesaikan amanah sebagai Panglima TNI seperti yang sering katakannya,” jelasnya.
Lebih lanjut Aminudin mengatakan, para petinggi militer TNI saat ini hampir semuanya lulusan lembaga-lembaga pendidikan seperti AMN AKABRI yang selalu menanamkan nilai-nilai demokrasi dan ketaatan pada konsitusi. Sehingga dimana alasannya jika keduanya terpilih akan bersikap otoriter. Contohnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) walaupun berlatar belakang militer tapi tak ada penangkapan sejumlah posisi.
“Orang beroposisi seperti Sri Bintang Pamungkas, Rahmawati, dan sebagainya “diculik” oleh aparat justru di era Jokowi yang sipil,” jelasnya.
Calon Kuat
Sementara itu Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menilai Gatot Nurmantyo merupakan calon alternatif capres kuat yang bisa diusung dalam Pilpres 2019. Ada tiga hal yang harus dipenuhi Gatot sebelum menjadi calon yang diperhitungkan. Pertama, Gatot harus memiliki partai pengusung untuk maju.
Kedua, harus ada modal finansial yang menjadi amunisi dalam bertarung. Ketiga, (citra) prestasi dia selama menjabat. Jika tiga hal itu terpenuhi, maka Gatot bisa menjadi antitesis dari Presiden Jokowi. Apalagi jika Gatot dipasangkan dengan Prabowo Subianto yang sudah digadang-gadangkan para netizen. Pasangan luar biasa yang bikin panik pasangan lawan, terlebih lagi partai PDIP yang mulai rontok setelah jagoannya bertumbangan di Pilkada.
“Saya kira Gatot bisa diperhitungkan. Saya kira bisa menjadi lawan tanding yang seimbang sebagai sang penantang Jokowi,” pungkasnya.
Terpisah, pengamat politik dari Point’ Indonesia (PI) Karel Susetyo justru mempertanyakan apa alasan Prabowo – Gatot adalah pasangan ideal. Karena keduanya sama-sama dari Jawa dan militer. Selain itu keduanya juga sama-sama mengandalkan pemilih Islam yang berkarakter keras. Sehingga ceruk pasar pemilihnya ada pada segmen yang sama.
“Keduanya belum bisa dijadikan lawan kuat bagi Jokowi di Pilpres 2019 mendatang,” ujar Karel.
Karel menutupkan, bukti Prabowo – Gatot bukan pasangan ideal bisa dilihat dari trend survei beberapa lembaga yang juga belum ada penilaian keduanya. Oleh karena itu Prabowo – Gatot harus bekerja terus untuk meningkatkan elektabilitasnya. Khusus untuk Gatot, sebaiknya jika mau maju maka harus mundur dari jabatannya sebagai Panglima TNI.