Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai mantan Calon Presiden Prabowo Subianto sepertinya tidak menginginkan Megawati Soekarnoputri mendominasi panggung politik Tanah Air.
Penilaian itu diberikan pengamat Adi menyikapi langkah Gerindra yang mengusung mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
Adi menduga Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu memilih Anies karena dianggap figur yang prospektif, dan dianggap aset elektoral jangka panjang yang menjanjikan bagi Gerindra, meski Anies bukan kader partai tersebut.
“Seperti SBY, tentu Prabowo tak mau kehilangan panggung politik yang mulai kembali didominasi oleh poros megawati,” ujar Adi kepada Sindonews, Sabtu (24/9/2016)
Dalam konteks itu, kata Adi, Prabowo dan mungkin elite politik nasional lainnya memandang Pilkada DKI ini sebagai uji coba awal untuk menyongsong Pemilu 2019.
Adi juga memandang Pilkada DKI menjadi proxi war bagi tiga elite politik, yakni Megawati Soekarnoputri, SBY dan Prabowo untuk berebut pengaruh di masyarakat.
Menurut dia, Megawati dengan posisinya yang masih di atas angin, menjadikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai senjata andalannya untuk mengalahkan SBY dan Prabowo
Pada spektrum lain, SBY dan Prabowo tidak mau tinggal diam melihat panggung politik yang hanya dilakonkan secara monoton oleh satu aktor saja.
Sama-sama dibesarkan dalam karir militer, kata dia, jiwa bertarung untuk menang menjadi kekuatan SBY dan Prabowo. “Sebab bagi keduanya ini ‘soldier is never die’. Tentara akan selalu hadir dalam setiap momen politik apapun. Dia (jiwanya) tak akan pernah ‘mati’,” pungkasnya.