Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, sibuk mempersiapkan rencana kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia pada Maret mendatang. Secara maraton Dubes Maftuh mengadakan pertemuan Rais al-Marasim al-Malakiyyah atau Kepala Protokol Istana Raja di Diwan Malaki, Riyadh, selama sepekan terakhir.
Diwan Malaki adalah kantor tempat Raja mematangkan semua kebijakannya, termasuk kebijakan penambahan kuota haji untuk Indonesia.
“Dalam pertemuan kami dengan Kepala Protokol Kerajaan, Dr Khaled bin Saleh al-Abbad, telah disampaikan secara langsung konfirmasi dan kepastian kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada awal Maret 2017 lengkap dengan susunan agendanya,” kata Dubes Maftuh.
Rencana kunjungan bersejarah Raja Arab Saudi yang memiliki sebutan resmi Khadimul Haramain as-Syarifain atau pelayan dua kota suci itu diperkirakan diikuti oleh ratusan delegasi pemerintah dan pengusaha.
Lawatan tersebut sangat bersejarah, mengingat kunjungan terakhir adalah lawatan historis Raja Faisal bin Abdul Aziz ke Indonesia sekitar 47 tahun silam atau Juni 1970.
Dubes Maftuh mengaku langsung tancap gas mengawal surat undangan Presiden Joko Widodo untuk Raja Salman, yang disampaikan sejak bertugas di Riyadh pada 14 Maret 2016.
Rencana kunjungan Raja Salman mulai dirancang Dubes Maftuh sejak bertemu dengan Al-Abbad, di Istana Raja As-Salam, Jeddah, pada 18 Mei 2016. “Saya merasa mendapatkan keistimewaan bisa masuk Istana Raja, padahal waktu itu belum menyerahkan surat kepercayaan,” kata mantan dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.
Pertemuan pertama dengan Kepala Protokol Kerajaan yang juga pejabat penting di Diwan Malaki (Royal Court) tersebut membuahkan hasil yaitu ketika Dubes menerima surat jawaban berkop warna hijau dari Raja Salman kepada Presiden Jokowi. Surat itu diawali tulisan “ila fakhamatil akh al-aziz Joko Widodo”, yang artinya “kepada yang mulia sahabat yang agung Joko Widodo”.
Kabar gembira ini langsung disampaikan saat Dubes Maftuh mendampingi kunjungan bisnis miliarder Arab Saudi Pangeran Waleed bin Talal pemilik Citibank serta jejaring Hotel Four Season dan Fairmont untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, 22 Mei 2016.
Saat menyerahkan surat kepercayaan, 22 Juni 2016, Dubes Maftuh kembali menyampaikan harapan atas kunjungan Raja Salman. “Beliau menjawab: Insya Allah fie al-waqt al-munasib, yasurruni zayaroh baladikum al-syaqiq (insya Allah dalam waktu yang tepat saya sangat senang untuk berkunjung ke negaramu yang masih bersaudara),” katanya.
Lawatan kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia akan menjadi momen dan tonggak bersejarah yang memiliki arti khusus dan bobot penting dalam kerangka hubungan bilateral kedua negara yang selama ini telah terjalin dengan erat dan kokoh.
Menurut Dubes Maftuh, pihak Arab Saudi menyebut kunjungan ini sebagai “al-ziyarah al-dhohmah” atau “mega-kunjungan”. Jumlah rombongan sangat besar, mengingat lawatan tersebut adalah yang pertama kali dilakukan Raja Salman ke Indonesia.
“Arab Saudi merupakan negara besar dengan potensi pengembangan dan kerja sama ekonomi yang terbuka luas, khususnya sektor perminyakan. Arab Saudi dan Indonesia juga sama-sama menjadi anggota G-20. Oleh sebab itu, cukup banyak kalangan dunia usaha dan sektor swasta Arab Saudi yang juga berkeinginan untuk menjadi bagian dari kunjungan Raja ke Indonesia,” kata Dubes Maftuh.
Saat berkunjung ke Indonesia, Raja Faisal bin Abdulaziz menegaskan bahwa persahabatan tulus antara Arab Saudi dan Indonesia adalah sebuah kenyataan sejarah yang tidak bisa dimungkiri. “Pengingkaran terhadap kenyataan ini adalah bagaikan mengingkari adanya matahari di siang bolong,” kata Dubes Maftuh.