Aktivis Ratna Sarumpaet yang ditangkap atas dugaan kasus makar pemerintahan Jokowi, dulu juga pernah menyuarakan agar Presiden SBY turun dari jabatannya.
Saat itu, tepatnya pada Maret 2013, ia menjabat sebagai Ketua Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI).
Namun Ratna dalam pernyataannya membantah jika MKRI akan melakukan kudeta pada Presiden SBY. Menurutnya, isu kudeta itu hanya dibuat-buat oleh pemerintahan SBY yang takut akan digulingkan oleh rakyat. MKRI, kata ia, hanya ingin melengserkan SBY.
“Bahwa kami ingin SBY turun itu betul, tapi tidak dengan jalan kudeta, melainkan dengan people power,” ujar dia di sela-sela acara pembagian sembako di gedung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Senin (25/3).
Menurut dia, melalui aksi yang digelar di depan gedung YLBHI itu, ia ingin menggerakkan massa untuk bersama-sama menurunkan pemerintahan SBY. Aksi itu, kata dia, akan terus dilakukan hingga tujuan tercapai. “Satu sampai dua bulan lah kita sudah bisa lakukan people power,” jelasnya.
Ratna mengatakan, setelah SBY turun, ia akan mendorong terbentuknya pemerintahan transisi yang dipimpin oleh orang nonpartai.
Kini Ratna dituding hendak berbuat makar terhadap pemerintahan Jokowi. Namun ia harus ditangkap dan diperiksa oleh polisi.
Pengacara yang juga politikus senior Yusril Ihza Mahendra, dalam akun twitternya @Yusrilihza_Mhd, mengaku telah mendapat keterangan langsung dari Ratna Sarumpaet.
“Saya barusan bicara via telpon dg Bu Ratna Sarumpaet. Beliau dijemput polisi di Hotel Sari Pasifik, dibawa ke markas Brimob Kelapa Dua. Bu Ratna bilang beliau akan dimintai keterangan karena ada bukti beliau dkk mau melakukan makar,” tulis Yusril.