Tahun 2016 akan berakhir dalam beberapa hari ke depan. Tahun ini dinilai menjadi momentum penting bagi perjalanan Pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Konstelasi politik pada tahun ini menguntungkan Jokowi. Pasalnya, pada tahun ini dukungan partai politik kepada mantan Wali Kota Solo itu menguat.
Kendati dukungan politik terhadap Jokowi menguat, namun situasi kebangsaan sedang tidak tidak stabil akibat munculnya kasus dugaan penistaan agama yang membawa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke pengadilan.
Akibatnya, lanjut dia, Jokowi terpaksa sibuk melakukan konsolidasi politiik untuk meredam umat Islam. “Sepanjang tahun pertama, energi pemerintah habis hanya sekedar meredam zig zag politik opisisi. Bedanya, saat ini gaduh politik maka muncul dari ‘jalanan’ yang dimotori oleh GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) MUI,” ungkap pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno.
Adi memprediksi, awal tahun 2017 nanti Jokowi masih disibukkan dengan dinamika politik yang berkaitan dengan kasus Ahok, yang dianggapnya masih belum jelas. Apalagi, sambung dia, pelaksanaan pilkada serentak sudah semakin mendekat.
“Energi pemerintah akan tergerus hanya mengurusi soal politik. Sementara sektor lain masih banyak yang diabaikan,” ujar Adi. Menurut Adi, masyarakat berharap Jokowi memberikan kado terindah pada awal tahun depan, yakni menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis dan kondusif.
Adi pun menilai Pemerintah Jokowi-JK belum menunjukkan prestasi yang signifikan meskipun telah memiliki dukungan politik yang kuat.
“Alih-alih politik kondusif, pemerintah justru sibuk berjibaku meredam kemarahan umat Islam. Alih-alih perekonomian meningkat, pemerintah justru disibukkan dengan isu tenaga kerja dari china. Alih-alih menegakkan hukum secara adil, kesan tebang pilih cukup nyata,” tuturnya.