TopikIndo.com – Terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba’asyir kemarin dikabarkan meninggal dunia. Abdurahim Ba’asyir (39), anak bungsu Ustadz Abu buru-buru membantahnya.
“Hoax itu mas. Nggak benar berita itu, kita nggak tahu siapa yang bikin berita itu,” ujar putra ke tiga Abu Bakar Baasyir itu kepadaRakyat Merdeka.
Dari situ, Abdurahim memaparkan kondisi ayahnya, sekaligus menjelaskan perlakuan yang diterima ayahnya selama ditahan di sel dengan pengamanan super maksimum itu. Berikut wawancara selengkapnya;
Ustadz Abu kemarin ramai diberitakan di sejumlah media online meninggal dunia, benar begitu?
Sejak kemarin memang sudah ada yang menanyakan kepada saya, tapi (Abu Bakar Baasyir) baik-baik saja kok.
Kapan terakhir ketemu beliau?
Kemarin saya baru menjenguk beliau, hari Rabu, ya kondisinyaseperti biasa. Kami tanya gimana Abu kondisinya, ya Alhamdulillah baik-baik saja.
Sudah cross-check lagi ke Lapas?
Sudah, sudah. Kita sudah tanya langsung ke petugas. Mereka bilang ndak benar berita itu, sekarang beliau ada, dan kami pantau kondisinya, seperti biasanya.
Kondisi kesehatan beliau bagaimana sebenarnya saat ini?
Kalau kesehatan, ya sehat-sehatnya orang tualah. Umur kan sudah 80 tahun, jadi kadang kakinya bengkak, pusing kepala, demam, ya begitulah.
Anda melihat pengobatan yang diberikan pihak Lapas cukup maksimal?
Kalau pengobatan standar ya, yang namanya pemeriksaan di lapas itu ya nggak bisa seperti di rumah sakit, padahal kita minta ustadz Abu untuk dibawa ke rumah sakit sudah lama. Jadi dokter yang kami minta dari pihak keluarga, dokter khusus memang boleh masuk dokter itu, tapi kan nggak bisa pemeriksaannya seperti di rumah sakit. Ada pemeriksaan darah, kadang-kadang maunya dikirim, tahu sendiri kan Nusakambangan itu kan pulau sendiri, dari lokasi penjara ke lab itu sudah berapa jam itu perjalanan, jadi bawa keluar, kemudian ini itu dan lain sebagainya prosesnya tidak lagi fresh seperti di lokasi. Kemudian dari lab, sebagian lab di Cilacap juga tidak ada, kaki beliau bengkak juga di lab di Cilacap juga tidak bisa memutuskan. Akhirnya kirim dulu ke Jakarta.
Selain soal penanganan kesehatan, perlakuan lapas yang lainnya, bagaimana Anda melihatnya?
Sebenarnya agak berlebihanlah kita lihatnya ini. Khususnya setelah praperadilan yang katanya sistem penahanan super maksimum. Jadi beliau sekarang ini kan, sekitar satu bulan setengah inilah ditaruh di salah satu sel khusus yang dikunci 24 jam, tidak ada yang boleh menemui. Kemudian ruangannya cuma 4×3 meter, tidak bisa untuk keluar, pintunya nggak bisa dibuka sama sekali, kecuali untuk masukkan makanan, ya begitu saja. Jadi seperti sholat (jamaah) dan lainnya ya tidak boleh, jamaah di masjid tidak boleh.
Shalat Jumat bagaimana?
Shalat Jum’at juga tidak boleh. Harus di kamar terus.
Selain itu?
Kemudian, ruangan itu kan ventilasi-ventilasinya terbuka, yang jadi masalah LPPasir Putih itu kan di pinggir hutan, jadi nyamuk dan lainnya itu banyak sekali. Jadi ketika beliau minta supaya ventilasi dipasang ram-raman agar bisa menahan nyamuk, tapi mereka hanya tutup ventilasi atas saja. Pintunya itu yang jeruji besi itu masih terbuka (tidak ada ram-ram/ kawat nyamuk), jadi sama saja, kalau malam itu nyamuk masih banyak sekali.
Apa Lapas sediakan semacam obat anti nyamuk?
Obat nyamuk juga nggak boleh.
Kenapa?
Katanya takut keracunanlah, apalah macam-macam alasan orang Jakarta itu. Kalau dari pihak lapas sih, mereka ingin memberikan banyak kemudahan, tapi tampaknya dari Jakarta yang melarang. Apalagi di kamar itu juga dipasang CCTV mas, itu dipantau 24 jam dan itu online. Dari Jakarta sana mereka bisa langsung melihat beliau selama 24 jam. Entah apa maunya mereka itu. Kan merasa risihlah. Kan orang tidur nggak enak kan, kan tidur pakai sarung kadang aurat terbuka dan lainnya. Kan nggak bagus gitu.
Dari pihak keluarga, apa ada yang bisa dilakukan untuk membantu beliau?
Kita sejak awal, bersama lawyer menulis surat protes, ketika itu kita kirimkan ke Presiden, kemudian Menko Polhukam juga, yang mengukuhkan itu kan Menko Polhukam. Jadi kemudian instansi-instansi yang lain, juga Dirjen Lapas, dan lain sebagainyalah. Itu sudah kita kirimi surat. Intinya kita sampaikan penahanan seperti ini tidak layaklah dan sangat melanggar HAM.
Responnya?
Sudah sekitar satu bulan yang lalu, sampai hari ini tidak ada respons sama sekali. Ini bagaimana, kita harus mengadu kemana. Kita hanya bicara dengan Kalapas juga mengatakan, ini bahwasanya adalah perintah dari atas, dari Jakarta. Dan tampaknya juga wallahu’alam, kita lihat Kalapas juga seperti tertekan juga.
Jika ini mengarah pada pelanggaran HAM, dan tidak mendapat respons pemerintah,apakah Anda tidak berencana menempuh jalan lain?
Kita memang merencanakan itu. Jadi kalau ini belum ada respons, rencana minggu ini Lawyer mau ke DPR, ke Komisi I dan III, mau melaporkan bahwa kondisi ini tidak layak, jadi ini berlebihan. Kita punya rencana mau ke Komnas HAM juga, sebetulnya sudah pernah kita tembuskan surat, belum ada respon, mungkin lagi mengumpulkan data-data lebih jauh, tapi Insya Allah kita akan tetap terus menyuarakan ini. Ini tidak layak dan tidak benarlah ditempuh oleh negara kita.
Apa pesan beliau ketika kunjungan Anda kemarin?
Ya kemarin beliau memang pesan supaya minta kepada lawyer dan kita semua untuk melakukan proteslah, khususnya mengenai sholat. Yang beliau ulang-ulang itu, ini soal ibadah, saya tidak boleh dibeginikan. Beliau protes. Saya sudah sampaikan, cuma tampaknya yang di Jakarta ini yang jadi masalah. Entah apa maunya dilarang begitu.